Friday, August 13, 2010

CERITA SEORANG ANAK YANG BALAS DENDAM

Anak Balas Dendam
Seorang bocah, James 10 tahun, datang ke rumah bordil. Kepada si Mami
Betty, dia berkata,

"Saya ingin memakai pelacur". Betty berkata " Enyah kau dari sini, Kau
masih terlalu kecil"

Si James lalu mengeluarkan segepok uang dan menunjukkan kepada si
Mami. Dasar mata duitan, Si mami berkata :"Oke lah kalau kau memaksa.
Wanita macam apa yang kau inginkan?"

"Saya ingin pelacur yang terkena sifilis " Kata James, "Hah !? Kau
ngeledek rupanya. Tidak! aku bersungguh sungguh "

"Baiklah sesukamu saja," sambil menelepon si Susi yang punya sifilis.

Kemudian, setelah selesai "main" si James beranjak pulang, tapi si
Mami mencegatnya.

"Sebentar! masuk akal kah kalau kamu kemari mencari wanita, tapi
mengapa mencari yang terkena sifilis?"

"Mengapa? Itu berarti saya terkena sifilis khan?"

"O,ya tentu" kata si Mami"

Lalu di rumah saya mengajak pembantu bersetubuh, ia akan kena sifilis khan?"

"Ya"

"Dan si pembantu berhubungan dengan tukang roti, ia juga terjangkit
sifilis ,khan?"

"Ya, pasti"

Lalu, jika si tukang roti berkencan dengan Mama, ia akan terkena juga khan ?"

"Oo itu Jelas"

Dan sewaktu Mama berkencan denga Papa, pasti Papa kena juga khan?"

"Dengan sendirinya begitu"

"Kemudian, setelah Papa berhubungan dengan istri tukang kebun, ia
tertular sifilis juga khan?"

"Ya, pasti"

Dan ketika si istri tukang kebun berhubungan dengan tukang kebun,
pasti si tukang kebun akan kena juga,khan?"

"Tentu saja"

Si bocah berhenti sebentar, lalu menyambung,
"GRRR DIALAH, GRRR TUKANG KEBUN JAHANAM YANG MEMBUNUH KURA - KURA KU !"

RESEP DOKTER


Pasangan suami istri Suto dan Susi tinggal di sebuah desa
di pinggiran kota kecamatan. Pasangan ini hidup bahagia dan saleh serta
rajin berdoa dan menjalankan ibadah agamanya. Suatu hari Pak Suto sakit.
Ibu Susi langsung membawanya berobat ke Puskesmas. Dokter Puskesmas
memeriksa Pak Suto.

"Ini obatnya, Bu..", kata dokter sambil menyerahkan kertas
resep untuk dibeli di apotik. "Dimakan tiga kali sehari...ya!".
"Ya...Dok. Terima Kasih!" jawab Ibu Susi.

Dua minggu kemudian, Ibu Susi datang ke Puskesmas dan
menjumpai dokter yang memeriksa suaminya tempo hari.

"Dok..minta lagi kertas obatnya!", katanya kepada dokter.
"Suami saya sudah mendingan, tetapi kertasnya sudah habis!".

"Kertas obat ???", tanya Dokter.

"Ya, Dokter," kata Ibu Susi lagi. "Kertas obat yang dokter kasih
dua minggu lalu!"

"Ibu apakan kertasnya?", tanya dokter mulai ingat resep obat yang
diberinya.

"Sesuai anjuran dokter, suami saya memakannya tiga sobekan sehari!", jawab Ibu Susi.
"Kemarin kertasnya habis!".

"Apa...?!?!?!?!", kata dokter sangat terkejut....

Friday, August 6, 2010

KITA UNTUK SELAMANYA














SATNITE WITH MY FRIENDS

ANGKRINGAN NAGOYA HILL :))

Monday, August 2, 2010

Vaginal Childbirth (Birth) 3D Video Animation

Melahirkan

PERSALINAN NORMAL

58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL


I.MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II

  • ibu merasa ada dorongan kuat dan ingin meneran
  • ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
  • perineum tampak menonjol
  • vulva dan sfinger ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk aksfiksia ==> tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

  • menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
  • menyiapkan oksitoksin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai dalam partus set
3. Pakai celemek plastik
4. melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitoksin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril ( pastika tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK

7. membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
  • jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan kebelakang
  • buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
  • ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi), lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% ==> langkah 9
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
  • bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9. dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/m)
  • mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
  • mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMIBINGAN MENERAN

11. beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
  • tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.
  • jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu keposisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan danpastikan ibu merasa nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.
  • Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
  • dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
  • bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya ( kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama
  • anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
  • anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
  • berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
  • menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
  • segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut bayi, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
17. BUka tutuppartus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

19. setelah tampak kepala dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi utnuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
  • jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
  • jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara bipariental, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul diabwah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. GUnakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki. pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya,

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas):
  • Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernafas tanpa kesulitan??
  • Apakah bayi bergerak dengan aktif??
jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resuitasi (lanjut kelangkah resuitasi pada asfiksia bayi baru lahir).
26. Keringkan tubuh bayi
  • keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. biarkan bayi diatas perut ibu.
27. periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28. beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitoksin agar uterus berkontraksi baik
29. dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitoksin 10 unit IM (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitoksin)
30. setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendrong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31.pemotongan dan pengikatan tali pusat
  • dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
  • ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan kemudian mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
  • lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu kekulit bayi.
  • letakkan bayi tengkurap didada ibu. luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada/perut ibu. usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.

VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA

34. pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi. tangan lain menegangkan tali pusat.
36. setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.