Tuesday, January 24, 2012

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada trimester awal kehamilan banyak wanita yang mengalami mual sampai muntah dengan tingkat yang berbeda-beda. Biasanya ibu hamil mengalami gejala mual muntah yang cukup ringan dan terjadi pada pagi hari (Morning Sickness), tetapi kadang-kadang juga cukup parah dan terjadi sepanjang hari sehingga menggangu aktivitas ibu sehari-hari (Hiperemesis Gravidarum) (Jones, 2005).




Koren (2000, dalam Tiran, 2008) menggambarkan mual dan muntah sebagai gangguan medis tersering dalam kehamilan. Broussard dan Richter (1998, dalam Tiran, 2008) menyatakan bahwa sampai dengan 90% wanita mengalami mual dan muntah dalam kehamilan dari tingkat yang ringan sampai sedang yang dapat sembuh dengan sendirinya, sampai dengan kondisi berat, yaitu hiperemesis gravidarum, yang mengakibatkan penurunan berat badan, gangguan elektrolit dan metabolik.

Philip (2003) menemukan bahwa antara 0,3% sampai 2% dari seluruh wanita hamil mengalami hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum ini telah dipelajari dengan seksama, tetapi penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti (Chopra, 2006). Hiperemesis gravidarum terlihat sebagai kumpulan interaksi dari faktor bilogis, psikososial, dan sosio kultural (Ogunyemi, 2007). Perubahan hormon dan atau tekanan sosial dan psikologis mungkin merupakan penyebab hipremesis gravidarum (Sinclair, 2004).

Emesis gravidarum tidak berbahaya bagi janin, justru mual muntah yang terjadi pada awal kehamilan merupakan metode perlindungan alamiah untuk janin. Kepekaan ibu terhadap makanan dapat menjauhkannya dari makanan yang dapat membahayakan janin (Chopra, 2006). Tetapi apabila keadaan ini semakin parah dan mengakibatkan hiperemesis yang berat, tetap akan mengakibatkan gangguan pada janin, antara lain gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati, dan keguguran (Quinlan & Hill, 2003)
Hiperemesis gravidarum yang berat dapat membahayakan ibu. Sebelum terapi infus ditemukan, hiperemesis merupakan faktor utama kematian ibu (Gardner, 1997). Saat ini hiperemesis gravidarum diasosiasikan sebagai angka kesakitan, ini merupakan faktor penyebab kematian yang jarang terjadi (Ogunyemi, 2007). Pada beberapa orang komplikasi dari hiperemesis gravidarum dapat terjadi, biasanya terjadi pada sistem saraf pusat (Mesics, 2008).

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Terhadap Ny.Y dengan Hiperemesis Gravidarum di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Angkatan Laut Tanjungpinang”
1.3 Tujuan Makalah
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan kebidanan terhadap Ny. Y dengan Hiperemesis Gravidarum di ruang kebidanan Rumah Sakit Angkatan Laut Tanjungpinang.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Hiperemesis Gravidarum
b. Untuk mengetahui etiologi Hiperemesis Gravidarum
c. Untuk mengetahui patofisiologi Hiperemesis Gravidarum
d. Untuk mengetahui cara menegakkan diagnosa pada Hiperemesis Gravidarum
e. Untuk mengetahui penatalaksaaan Hiperemesis Gravidarum


BAB II
TINJAUAN TEORITIS


2.1 Pengertian
Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual dan muntah selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Mual dan muntah selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Mual dan muntah adalah keluhan utama pada 70 %-80 % kehamilan (1,4).
Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat selama kehamilan, yang terjadi pada 1 %-2 % dari semua kehamilan atau 1-20 pasien per 1000 kehamilan. Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan, elektrolit, asambasa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria, sehingga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di rumah sakit.
2.2 Etiologi
Hingga saat ini penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti dan
multifaktorial. Walaupun beberapa mekanisme yang diajukan bisa memberikan penjelasan yang layak, namun bukti yang mendukung untuk setiap penyebab hiperemesis gravidarum masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan penyebab hiperemesis gravidarum. Teori yang dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis hiperemesis gravidarum, yaitu faktor endokrin dan faktor non endokrin. Yang terkait dengan faktor endokrin antara lain Human Chorionic Gonodotrophin, estrogen, progesteron, Thyroid Stimulating Hormone, Adrenocorticotropine Hormone, human Growth Hormone, prolactin dan leptin. Sedangkan yang terkait dengan faktor non endokrin antara lain immunologi, disfungsi gastrointestinal, infeksi Helicobacter pylori, kelainan enzym metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi dan psikologis.

2.3 Patofisiologi Hyperemesis Gravidarum
Pada penderita dengan muntah terus-menerus cadangan karbohidrat dan cadangan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak tidak sempurna timbul ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetic, asam hidrosibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraselluler dan plasma berkurang. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke dalam jaringan menurun.
Kekurangan kalium akan terjadi karena muntah dan karena peningkatan eksresi kalium karena ginjal. Hipokalem ini menyebabkan lebih banyak muntah. Muntah yang bertambah banyak bersama dengan kerusakan hati akan menyebabkan sirkulus vitiosus yang sukar dipatahkan. Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan hyperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi apabila keadaan umum penderita terpengaruh sebaiknya itu dianggap sebagai hyperemesis gravidarum.
Menurut gejala-gejalanya, hyperemesis gravidarum dapat dibagi dalam tiga tingkat yaitu (Manuaba, 1998) :
1. Tingkat I
Muntah yang terus-menerus mempengaruhi keadaan umum penderita, ia merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badannya turun dan ia merasa nyeri epigastrium. Nadinya meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik turun, tugor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkat II
Penderita tampak lebih lemah lagi apatis, tugor kulit lebih mengurang, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, kadang-kadang suhunya naik sedikit dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun, mata menjadi cekung, tensi turun, urin berkurang, terjadi gangguan buang air besar.
3. Tingkat III Keadaan umum wanita hamil lebih payah. Muntah-muntah berkurang, gangguan kesadaran dalam bentuk samnolen sampai koma, nadi meningkat, suhu lebih meningkat, tekanan darah turun, keadaan dehidrasi makin jelas.

2.4 Penatalaksanaan
Penanganan hyperemesis gravidarum meliputi pencegahan, mengurangi muntah muntah, koreksi dehidrasi dan ketidak seimbangan elektrolit, pemberian vatamin dan kalori yang adekuat untuk mempertahankan nutrisi. Profilaksis terhadap hyperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberi keyakinan bahwa mual dan muntah ialah gejala-gejala yang lazim dalam kehamilan muda dan akan hilang menjelang kehamilan 4 bulan, mengubah cara makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering. Waktu pagi jangan segera keluar dari tempat tidur, tetapi makanlah dahulu roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau sebaiknya dihindarkan. Defekasi secara teratur hendaknya diperhatikan. Menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, maka dari itu dianjurkan makanan yang mengandung banyak gula. Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak berkurang, harus diberi pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberi obat yang bersifat teratogen. Sedatif yang sering diberikan adalah fenolbarbital. Vitamin yang sering diberikan adalah vitamin B1 dan vitamin B6. Beberapa antihistaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin dan torekan. Penanganan hyperemesis gravidarum perlu dilakukan di rumah sakit dengan cara:
1. Isolasi
Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ka kamar penderita. Dengan demikian penderita dilepaskan dari lingkungan yang mungkin merupakan sumber kecemasan baginya. Kadang-kadang dengan isolasi saja, mual dan muntah berkurang atau hilang tanpa pengobatan. Dengan beristirahat-baring, penderita ditempatkan dalam kamar yang tenang dan berventilasi baik. Tidak diberikan makanan dan minuman per oral dalam 24 jam.
2. Terapi Psikologik
Dengan segala usaha diyakinkan kepada penderita bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Bila keadaan mengizinkan, sebaiknya diusahakan menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor psikologis atau sosio-ekonomis yang dapat menjadi latar belakang muntah-muntah yang berlebihan itu.
3. Cairan Parental
Segera setelah diagnosis dipastikan, kepada penderita diberikan glukosa 5% dalam air garam fisiologik dengan infus intra vena sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam. Selanjutnya diberikan vitamin B kompleks, vitamin C dan 25 mg klorpromazin dengan suntikan intramuskulus. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan (air kencing dan muntah), air kencing harus diperiksa sehari sekali terhadap protein, aseton klorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari, dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan selanjutnya menurut keperluan. Jika penderita dalam 24 jam tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik, dapat dicoba untuk memberi minuman tergantung dari keadaan minuman dapat ditambah dan lambat laun dapat diberi makanan cair. Pada umumnya dengan cara penanganan tersebut diatas keadaan umum penderita berangsur baik, diuresis bertambah, aseton dalam air kencing lambat laun menghilang dan kualitas nadi bertambah baik.

No comments:

Post a Comment