Sunday, September 19, 2010

HORMATILAH ORANG TUAMU


PASANGAP MA NATORASMU (HORMATILAH AYAH DAN IBUMU)
Kothbah: Amsal 23:22-26
Pesan yang sangat berharga buat kita semua :)

Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orang tua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. penglihatannya buram dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama diruang makan. Namun, sang orang tua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. sendok dan garpu kerap jatuh kebawah.

Saat sikakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi gusar, Mereka merasa direpotkan dengan semua ini "kita harus melakukan sesuatu","ujar sang suami," aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini, lalu kedua suami-isteri ini pun membuatkan sebuah meja kecil disudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering saat sikeluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, trdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada air mata yang tampak mengalir dari gurat keriput sikakek. namun, kata yang keluar dari suami-isteri ini selalu omelan agar ia tidak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi mereka semua dalam diam.

suatu malam sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. dengan lembut ditanyalah anak itu. " kamu sedang buat apa?" Anaknya menjawab," Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saat aku besar nanti, akan kuletakkan disudut itu, dekat tempat kakek biasa makan." Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaanya.

jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tidak mampu berkata-kata lagi. Lalu, air mata pun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orang tua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki.

Malam itu, Mereka menuntun tangan sikakek untuk kembali makan bersama dimeja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini mereka bersama-sama lagi dimeja Utama.

Kiranya dengan cerita ini kita akan lebih patuh, taat, tunduk, sayang dan cinta kepada orang tua kita sampai selama-lamanya.


No comments:

Post a Comment