Monday, May 16, 2011

MIOMA UTERI

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal adalah dengan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Mortalitas dan Mobiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah di negara berkembang. Kebutuhan reproduksi pria dan wanita sangat vital bagi pembangunan sosial dan pengembangan SDM. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integral dan pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat (Saifuddin, 2002).
Salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis tumor yang paling sering ditemukan adalah mioma uteri. Mioma Uteri adalah Neo Plasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibronoma, leimioma ataupoun Fibrid (Saiufuddin, 1999).
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh.
Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% – 11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Saifuddin, 1999). Bila mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus dipikirkan kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) (Sastrawinata, 1988).


Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak berumur 35 – 45 tahun (25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur (Saifuddin, 1999).
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi yaitu mioma uteri.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan mioma uteri.
2. Mahasiswa mampu melakukan analisa data pada ibu dengan mioma uteri.
3. Mahasiswa mampu membuat perencanaan tindakan pada ibu dengan mioma uteri.
4. Mahasiswa mampu melakukan rencana rencana yang telah disusun pada ibu dengan mioma uteri.
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan kepada ibu dengan mioma uteri.
6. Mahasiswa mampu mendekomentasi Asuhan Kebidanan pada ibu dengan mioma uteri.


BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Myoma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan komposisi jaringan ikat. Nama lain : leiomioma uteri dan fibromioma uteri, pada mulanya tumbuh sebagai bibit kecil didalam mimetrium dan lambat laun akan membesar. Frekuensi tumor sukar ditentukan secara tepat karena tidak semua penderita dengan myoma uteri datang ketempat pengobatan karena banyak diantara mereka yang tidak mempunyai keluhan apa-apa. Myoma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche dan sekitar 10 % myoma uteri merupakan penyakit pada alat-alat genetalia.
Mioma Uteri adalah Neo Plasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibronoma, leimioma ataupoun Fibrid (Saiufuddin, 1999).
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat. Nama lain : Leimioma Uteri dan Fibroma Uteri (Manuaba, 2001).
B. JENIS-JENIS MIOMA UTERI
Jenis-jenis mioma uteri antara lain:
1. Mioma Submokosum
Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam rongga uterus. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu “Curet Bump” (benjolan waktu kuret).
Kemungkinan terjadinya degenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui vagina, disebut sebagai mioma submukosa bertungkai yang dapat menimbulkan “Myomgeburt” sering mengalami nekrose atau ulserasi (Sastrawinata, 1988).
2. Mioma Intramural
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar atau multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol (Sastrawinata, 1988).
3. Mioma Subserosum
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang bertangkan dapat menimbulkan torsi (Saifuddin, 1999).
C. ETIOLOGI
Walaupun jelas myoma uteri berasal dari otot polos uterus, namun kurang diketahui faktor-faktor yang menyebabkan tumbuhnya tumor dari otot-otot tersebut. Banyak peneliti yang mengatakan teori stimulasi oleh estrogen, sebagai faktor etiologi dimana stimulasi dengan estrogen ini mengakibatkan :
- Myoma Uteri seringkali tumbuh lebih cepat pada masa-masa hamil.
- Neoplasma tidak pernah ditemukan sebelum menarche.
- Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersamaan dengan myoma uteri.
Namun teori ini banyak diragukan dengan alasan jika benar stimulasi dengan estrogen menjadi penyebab timbulnya myoma uteri, mengapa tidak pada semua wanita dalam masa reproduksi terdapat neoplasma ini, melainkan hanya 20 % saja. Meyer dan De Sno mengusulkan teori Cell Nest atau teori Genito Blast, yang diperkuat lagi oleh percobaan Meyer dan Lipsschutz yang menyebutkan bahwa terjadinya myoma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada sel nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
D. TANDA DAN GEJALA MIOMA UTERI
Gejala dan ciri – ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya tumor serta arah pertumbuhannya. Gejala mioma uteri juga sangat dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika besarnya tumor masih kecil. Gejala akan muncul jika telah terjadi desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya. Umumnya gejala mioma uteri adalah :
a. Hipermenore ( darah haid yang berlebihan).
b. Dismenore (nyeri haid).
c. Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan terputarnya tangkal mioma uteri.
d. Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan.
e. Anemia.
f. Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung kemih, ureter (saluran kencing), rektum (usus besar) dan organ rongga panggul lainnya.
g. Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada dinding rahim.
h. Adanya gangguan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan kontraksi rahim, perdarahan disertai nyeri dan resiko keguguran pada masa kehamilan.
i. Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca melahirkan.


Hampir separuh kasus mioma Gejala-gejala tergantung dari lokasi myoma, besarnya myoma dan perubahan-perubahan dalam myoma. Gejala-gejala dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan tidak normal Perdarahan ini sering bersipat Menorhoeragia mekanisme perdarahan ini tidak diketahui benar, akan tetapi faktor – faktor yang kiranya memegang peranan dalam hal ini ialah meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam kontraktilitas miometrium. Perdarahan dapat pula bersifat metroragia yang bisa disebabkan mioma sub mukosum akan tetapi mungkin disebabkan oleh yang lain, seperti hiperplasia endometrium atau adenokarsinoma endometri.
2. Rasa Nyeri Dapat terjadi apabila :
a. Mioma menyempitkan kanalis cervikalis
b. Mioma sub mukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
c. Ada penyakit adneksa ( inflamasi pada tuba dan ovarium ) seperti adneksitis. Salpingitis ( inflamasi akut atau kronis pada tuba uterina ) oovoritis ( inflamasi pada ovarium).
d. Terjadi degenerasi merah atau putaran tangkai
3. Tanda-tanda Penekanan Terdapatnya tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi myoma uteri. Tekanan bisa terjadi pada pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kemih ialah distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap ureter bisa menyebabkan hidro ureter. Tekanan pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan nyeri defekasi. Tekanan terhadap pembuluh-pembuluh darah dalam panggul dapat menyebabkan pembesaran pembuluh-pembuluh vena, edema pada tungkai dan rasa nyeri pelvis.
4. Infertilitas dan Abortus Infertilitas dapat terjadi jika mioma intra mural menutup atau menekan pars interstisialis tuba, myoma submukosum memudahkan terjadinya abortus. Apabila ditemukan myoma pada wanita dengan keluaran infertilitas, harus dilakukan pemeriksaan yang seksama terhadap sebab-sebab lain dari infertilitas, sebelum menghubungkannya dengan adanya myoma uteri.


E. PATOFISIOLOGI
Meskipun myoma umum terjadi, hanya beberapa yang menimbulkan keluhan, yang tergantung pada ukuran, jumlah dan lokasi myoma. Umumnya myoma timbul karena rangsangan estrogen yang ada sampai terjadinya menopause. Seiring waktu,myoma asimptomatik sebelumnya tumbuh dan menjadi simptomatik. Sebaliknya, banyak myoma mengecil pada menopause.
Tekanan pelvis dan keluhan nyeri disebabkan efek massa. Ini dapat terjadi pada
myoma tunggal besar atau dari kombinasi myoma kecil multipel. Myoma dapat tumbuh sebesar uterus kehamilan aterm. Yang menarik, mungkin karena pertumbuhan yang lambat dan akomodasi oleh pasien, beberapa uterus yang sangat besar dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien dan tidak membutuhkanintervensi. Beberapa myoma yang menganggu ureter dapat menyebabkan hidronefrosis dan yang lebih jarang obstruksi ureter.
Kelainan perdarahan dikarenakan distorsi kavitas endometrial oleh myoma. Tidak seperti nyeri yang disebabkan myoma yang besar atau multiple, beberapa pasien mengalami perdarahan intermenstrual atau menorrhagia dari satu myoma, kecil dan letaknya strategis. Myoma submukosa terkadang dapat prolaps sampai ke serviks dan mungkin tidak menimbulkan gejala atau menimbulkan perdarahan yang signifikan.
Nyeri akut jarang terjadi dan terjadi karena perpaduan 1 dari 2 kemungkinan. Beberapa myoma pedunculated dapat mengalami torsi yang menyebabkan nyeri seperti pada torsi ovarium. Myoma besar juga dapat terganggu pasokan darahnya,
menyebabkan infark (myoma degeneratif) yang menyebabkan nyeri.
Meskipun belum ada kesepakatan bersama mengenai mekanismenya, myoma diperkirakan berkaitan dengan infertilitas, malpresentasi fetal, dan kelahiran preterm (practice committee of the American society for reproductive medicine, 2004). Mekanisme yang mungkin termasuk distorsi kavitas endometrial dan kelainan endometrium yang meliputi myoma.


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokusfokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
b. Hiteroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma 15 submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.


G.
H. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi mioma uteri yang mungkin terjadi terhadap kehamilan dan persalinan antara lain:
a. Mengurangi kemungkinan kehamilan karena endometrium kurang baik.
b. Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi dari rongga uterus, khususnya pada myoma sub mukosum.
c. Dalam kehamilan myoma kadang-kadang sangat membesar sehingga menekan pada organ-organ sekitarnya.
d. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada myoma yang sub mukosum dan intramural.
e. Persalinan dapat terhalang apabila myoma yang terletak pada bagian bawah korpus uteri atau pada serviks merintangi turunnya kepala janin dalam rongga pelvis.
Komplikasi Kehamilan dan persalinan terhadap myoma uteri antara lain:
a. Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk dan mudah terjadi gangguan sirkulasi didalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis ditengah tumor. Tumor tampak merah (degenarasi merah) atau tampak seperti daging (degenerasi karnossa).
b. Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri diperut yang disertai dengan gejala rangsangan peritonium dan gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan bersifat suci hama (steril). Lebih lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir.
c. Tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertropi dan edema, terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal setelah kehamilan 4 bulan, tumor tidak bertambah besar lagi.
d. Myoma Sub Serosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar.


I. PENANGANAN / PENGOBATAN
Beck dan Whitehouse mengutarakan bahwa 55 % dari smua myoma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun. Oleh sebab itu, jika myoma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan gejala dan khususnya bagi penderita yang mendekati masa menopause, pengobatan tidak diperlukan.
Cukup dilakukan pemeriksaan pelvis secara rutin tiap 3 atau 6 bulan. Pada umumnya pada penderita myoma uteri tidak dilakukan operasi untuk mengangkat myoma dalam kehamilan. Demikian pula tidak dilakukan abortus provokatus. Apabila terjadi degenerasi merah pada myoma dengan gejala-gejala seperti diterangkan diatas, biasanya sikap konservatif dengan istirahat baring dan pengawasan yang ketat memberi hasi yang memuaskan.
1. Pengobatan Penunjang Khusus sebagai penunjang pengobatan bagi penderita anemia karena hipermenorea, dapat diberikan ferrum, transfusi darah, diet kaya protein, kalsium dan vitamin C.
2. Pengobatan Operatif Radiotherapy, pasangan radium, hormonal anti estrogen yang diberikan pada :
a. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi
b. Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
c. Bukan jenis sub mukosa Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
d. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menimbulkan menopause
e.
f. Myiomektomi
Myomektomi atau operasi pengangkatan myoma tanpa mengorbankan uterus dilakukan pada myoma intramural, myoma sub mukosum dan myoma sub serosum bertangkai atau jika fungsi uterus masih hendak dipertahankan, pada myoma sub mukosum yang dilahirkan dalam vagina, umumnya tumor dapat diangkat pervaginam tanpa mengangkat uterus. Operasi myomektomi :
1. Dilakukan bila masih menginginkan keturunan
2. Syaratnya harus dilakukan kuretage dulu, untuk menghilangkan kemungkinan keganansan
3. Kerugiannya :
a. Melemahkan dinding uterus
b. Rupture uteri pada waktu hamil
c. Menyebabkan perlekatan
d. Histerektomi
Jika myoma uteri perlu dioperasi, maka tindakan yang dilakukan adalah histerektomi, umumnya dilakukan histerektomi abdominal, akan tetapi jika uterusnya tidak terlalu besar dan apalagi jika terdapat pula prolapsus uteri, histerektomi vaginal dapat dipertimbangkan. Pad histerektomi, myoma pada serviks uteri perlu diperhatikan jalannya ureter.
Operasi histerktomi dilakukan apabila :
1. Myoma uteri besarnya diatas 14 minggu kehamilan
2. Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan satu atau dua ovarium, maksudnya untuk :
a. Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
b. Menjaga gangguan coronair/aterisklerosis umum
J. ASUHAN KEBIDANAN PADA MYOMA UTERI
Asuhan kebinanan yang dapat dilakukan pada Myoma uteri antara lain yaitu:
Memberikan KIE pada ibu :
1. Bersabar dalam menghadapi sakit.
2. Memberi keyakinan dan support bahwa sakitnya bisa sembuh.
3. Menjaga nutrisi tetap baik
4. Menjaga kondisi tubuh tetap baik.
5. Mengurangi aktivitas.


BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus.
2. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun(kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita postmenopause.
3. Salah satu gejala yang paling sering pada mioma uteri adalah menometroragia.
4. Diagnosis pasti mioma uteri dengan USG dan penanganan mioma uteri adalah dengan konservatif dan operatif.
5. Keluhan utama hiperplasia endometrium adalah perdarahan uterus yangabnormal. penatalaksanaan hyperplasia endometrium salah satunyadengan curettage bertingkat.
6. Curettage bertingkat sangat bermanfaat dalam menentukan diagnostik dan terapi
B. SARAN
1. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan patologi anatomi karena sangat bermanfaat dalam menentukan diagnosis dan terapi selanjutnya.
2. Memperbaiki gaya hidup.
3. Usahakan selalu rutin kontrol ke dokter spesialis untuk mencegah komplikasi tindakan dan perkembangan penyakit yang diderita.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta. EGC.
Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Prayetni, 1996. Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi. Jakarta. Pusdiknakes : Depkes RI.
Saifuddin, AB. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Yuad H., 2007. Miomectomi Pada Kehamilan. Diunduh dari : http://www.ksuheimi.blogspot.com. Accested : March 01, 2008.
Santoso, 2007. Mioma Uteri. Diunduh dari http://www.pinkerzzz03.blogspot.com. Accested : March 01, 2008.
Suwiyoga K, 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar. 201-206.

No comments:

Post a Comment